Jumat, 23 Oktober 2009

MENGEMBANGKAN POLA PAKEM BERBASIS MULTIPLE INTELLEGENCES

MENGEMBANGKAN POLA PAKEM BERBASIS MULTIPLE INTELLEGENCES


Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) sebagai salah satu pilar School Base Management (SBM) bersama pilar yang lain; yaitu Manajemen dan Peran Serta Masyarakat (PSM) sedang digalakan impelementasinya di sekolah, baik pada jenjang pendidikan dasar maupun pendidikan menengah.

Pakem sebagai terobosan paradigma baru pola pembelajaran menggeser pola DDCH (Duduk Dengar Catat Hafal) yang dianggap sudah ketinggalan jaman. Berbagai pendekatan dan model pembelajaran efektif diaplikasikan dalam Proses Belajar Mengajar dalam rangka menunjang pelaksanaan Pakem ini. Sebut saja pendekatan CTL (Contextual Teaching Learning) yang mengubah paradigma pembelajaran dari teaching menjadi learning diharapkan mampu meningkatkan kebermaknaan pembelajaran. Kemudian model pembelajaran efektif yang merupakan hasil temuan dari para pakar dan peneliti pendidikan, diujicobakan oleh para guru kreatif dan inovatif sebagai upaya nyata melaksanakan garis kebijakan pendidikan dewasa ini. Sebut saja model Cooperative Script ( Dauscreau;1985), Student Team Achievement Division/ STAD ( Slavin; 1995), Jigshaw ( Aronson,cs; 1978), Think Pair and Share ( Frank Lyman;1985 ) Group Investigation ( Sharan ;1992 ) dan lain-lain merupakan alternatif model pembelajaran efektif yang dapat diaplikasikan di kelas sesuai situasi dan kondisi setempat.

Konsep dari pola Pakem yaitu membantu guru menghubungkan isi mata pelajaran dengan situasi dunia nyata (real world) dan memotivasi siswa agar lebih memahami hubungan antara pengetahuan yang diperolehnya dengan kehidupan nyata di dalam keluarga maupun di masyarakat luas. Sedangkan fokus dari Pakem adalah kegiatan peserta didik dalam bentuk group, individu dan kelas, partisipasi di dalam proyek, penelitian, penyelidikan, penemuan dan juga strategi dan imajinasi dari guru itu sendiri. (www.pakem.org)

Oleh karena fokus Pakem adalah kegiatan peserta didik, maka guru harus mampu mendesaian pembelajaran yang dapat melayani karakteristik dan keberagaman peserta didik. Dr.I Made Candiasa ( Dekan FPTK IKIP Negeri Singaraja) dalam orasi perkenalan menjadi guru besar di kampusnya memaparkan bahwa peserta didik memiliki karateristik yang berbeda-beda dan harus diakomodasi dalam pembelajaran, agar diperoleh hasil belajar yang optimal. Psikologi dengan berbagai cabangnya mengidentifiksi banyak variabel yang mengindikasikan perbedaan individu dan mempengaruhi proses belajar,seperti; kecerdasan, keberbakatan, gaya kognitif, gaya berpikir, daya adopsi, ketahan-malangan dan kemampuan awal.

Masalah kecerdasan sudah sejak lama menjadi bahan pertimbangan dalam pembelajaran. Menurut Candiasa, teori faktor tunggal dari Binet-Simon mendeskripsikan kecerdasan dalam satu skor umum tunggal ( overall single score) yang disebut intelligence quotient (IQ), sedangkan Spearman dengan teori dua faktor mendeskripsikan kecerdasan menjadi dua faktor kemampuan yang berdiri sendiri, yaitu faktor umum ( general) dan faktor khusus (specific).

Sekalipun teori faktor tunggal dan teori dua faktor memungkinkan penyeragaman proses pembelajaran, namun akan lebih baik jika individu dengan IQ berbeda mendapatkan layanan pembelajaran yang berbeda pula. Pemberagaman pembelajaran sebagai akibat dari perbedaan kecerdasan menguat setelah Thurstone mendeskripsikan kecerdasan dan keberbakatan (aptitude) menjadi beberapa faktor kemampuan yang dikenal dengan faktor ganda (multiple factor), yaitu kemampuan verbal (verbal comprehension), kemampuan berhitung ( number), kemampuan geometris ( spatial relation ), kelancaran kata ( word fluency ) ingatan (memory) dan penalaran ( reasoning). ( www.semipalar.net)

Tuntutan keberagaman pembelajaran lebih tampak lagi pada teori kecerdasan ganda (multiple intelegences) dari Gardner. Menurut Gardner ada 8 kategori intelegensi yang semiotonom yaitu :
1. Bodily-kinestthetic
2. Interpersonal
3. Verbal-linguistic
4. Logical-mathematical
5. Naturalis
6. Intrapersonal
7. Visual-spatial
8. Musical
( www.wikipedia.org)

Berikut adalah sedikit paparan tentang contoh penerapan multiple intellegences dalam pembelajaran tanpa meninggalkan pola Pakem:

1. Bodily-kinesthetic
Bodily-inesthetic intellegency yaitu kemampuan yang berhubungan dengan gerakan tubuh termasuk gerakan motorik otak yang mengendalikan tubuh, seperti kemampuan untuk mengendalikan dan menggunakan badan dengan mudah dan cekatan.


Kegiatan pembelajaran yang dapat mengakomodir type intelegensi ini antara lain :
a. Bermain peran
b. Menciptakan suatu gerakan atau rangkaian gerakan
c. Koreografi suatu tarian
d. Menciptakan permainan papan/panggung
e. Membuat permainan atau teka-teki kartu
f. Membangun atau mendirikan sesuatu
g. Membuat suatu model
h. Mendemonstrasikan
i. Merancang suatu produk
j. Menyeleksi dan menggunakan tehnologi

2. Interpersonal
Interpersonal (social) intellegency adalah kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.
Kegiatan pembelajaran yang dapat mengakomodir type intelegensi ini antara lain :
a. Memimpin diskusi /rapat
b. Dengan beberapa rekan meyelesaikan masalah
c. Bermain peran dengan berbagai persepektif
d. Ikut serta dalam suatu proyek pelayanan
e. Mengajarakan pada siswa/teman lain
f. Dalam kelompok kecil berkolaborasi merencanakan aturan atau prosedur
g. Berlatih memberi dan menerima umpan balik



3. Verbal-linguistic
Verbal-linguistic intelegency adalah kemampuan berpikir dengan kata-kata, seperti kemampuan untuk memahami dan merangkai kata dan kalimat baik lisan maupun tertulis.
Kegiatan pembelajaran yang dapat mengakomodir type intelegensi ini antara lain :
a. Menceritakan sebuah kisah
b. Memimpin debat/diskusi
c. Menulis puisi, mitos, legenda, drama pendek, berita/artikel.
d. Mempresentasikan hasil
e. Menulis laporan
f. Menciptakan slogan/rekaman
g. Memimpin wawancara
h. Menulis surat

4. Logical-mathematical
Logical-mathematical intellegency adalah kemampuan berpikir dalam penalaran atau menghitung, seperti kemampuan menelaah masalah secara logis, ilmiah dan matematis.
Kegiatan pembelajaran yang dapat mengakomodir type intelegensi ini antara lain :
a. Menerjemahkan sesuatu ke dalam kalimat metematika
b. Menciptakan ketepatan waktu
c. Merencanakan dan memimpin eksperimen
d. Membuat suatu tehnik permainan
e. Menggunakan diagram untuk menjelaskan sesuatu
f. Membuat silogisme untuk demonstrasi
g. Membuat analogi untuk menjelaskan sesuatu
h. Merancang kode/symbol
i. Mengkategorikan fakta-fakta
j. Menggambarkan pola-pola atau simetri

5. Intrapersonal
Intrapersonal intellegency adalah kemampuan berpikir untuk memahami diri sendiri, melakukan refleksi diri dan bermetakognisi.
Kegiatan pembelajaran yang dapat mengakomodir type intelegensi ini antara lain :
a. Menggambarkan kemampuan yang dimiliki
b. Menciptakan analogi personal
c. Merangkai dan mengejar tujuan
d. Menjelaskan filsafat pribadi
e. Membuat catatan jurnal
f. Menerima umpan balik
g. Menilai sendiri pekerjaan

6. Visual-spatial
Visual-spatial intellegency adalah kemampuan berpikir dalam citra dan gambar.
Kegiatan pembelajaran yang dapat mengakomodir type intelegensi ini antara lain :
a. Membuat grafik atau peta
b. Membuat album foto
c. Merancang poster,papan bulletin atau lukisan dinding
d. Menggunakan system memori
e. Menciptakan karya seni
f. Mengembangkan gambar bersifat arsitektur
g. Membuat ilkan
h. Membuat variasi bentuk dan ukuran dan symbol warna
i. Membuat ilustrasi, gambar, lukisan, sketsa, pahat, atau ukiran
j. Menggunakan proyeksi

7. Musical
Musical-intellegency adalah kemampuan berpikir dengan nada, ritme, irama dan melodi juga pada suara alam.
Kegiatan pembelajaran yang dapat mengakomodir type intelegensi ini antara lain :
a. Menulis lirik lagu untuk materi tertentu
b. Menyanyikan lagu dengan syair yang menjelaskan materi
c. Menunjukan pola-pola irama
d. Menjelaskan kemiripan lirik lagu dengan susuatu
e. Menyajikan kelas musik dalam waktu singkat
f. Mendemonstrasikan musik untuk meningkatkan pemahaman
g. Belajar dengan iringan musik

Strategi pembelajaran berbasis multiple intellegences merupakan suatu cara mengakses informasi melalui jalur-jalur intelegensi yang ada pada masing-masing individu, namun untuk mengeluarkannya kembali seluruh intelegensi bersinergi dalam satu kesatuan yang unik sesuai dengan tujuan pembelajaran, sehingga peserta didik mampu memecahkan masalah pembelajaran secara efektif dan kreatif.

Namun perlu dicermati bahwa pada dasarnya semua peserta didik memiliki seluruh potensi intelelegensi seperti telah diuraiakan di atas, karena semua orang memiliki struktur otak yang sama, hanya saja sering intelegensi tersebut tidak diasah dengan baik. Oleh karena itu, tugas kita sebagai guru untuk mengasah seluruh potensi intelegensi peserta didik dengan sungguh-sungguh. Salah satunya adalah dengan mengembangkan pola pembelajaran Pakem berbasis multiple intellegences.






Industrialisasi dan Keuntungan Komparatif

Industrialisasi dan Keuntungan Komparatif
Industri secara kasar dapat dibagi dua, yaitu industri jasa dan industri yang menghasilkan barang-barang. Sektor industri yang menghasilkan barang-barang adalah pertanian, pertambangan, industri pengolahan, konstruksi, air, gas dan listrik, sedangkan industri jasa yakni perdagangan, angkutan (transportasi), pemerintahan, perbankan, asuransi persewaan dan jasa-jasa lainnya. Secara umum sektor-sektor industri tadi dibagi atas sektor primer, sekunder dan tersier.
Secara ideal, proses industrialisasi bertujuan untuk perubahan struktur ekonomi sehingga terjadi penciptaan nilai tambah yang lebih tinggi dan secara ekonomis masyarakat akan lebih makmur.
Kemajuan proses industrialisasi dapat juga diukur dengan melihat jumlah kebutuhan yang berasal dari industri pengolahan. Semakin banyak jenis kebutuhan manusia dalam lingkungan tertentu dipenuhi oleh hasil-hasil industri pengolahan dapat juga dijadikan pertanda maju atau terlambatnya proses itu berlangsung. Bagi Indonesia, alasan untuk melakukan industrialisasi mempunyai berbagai alasan yang kuat yaitu untuk maju. Akan tetapi ada dua hal yang penting yang perlu diperhitungkan, apakah orientasi kita ke arah pengganti impor atau ke arah promosi ekspor. Dalam melihat perkembangan industri perlu diperhatikan apakah industri itu mempunyai kaitan ke arah hulu atau hilir.
Keuntungan Komparatif
Dalam membahas teori perdagangan internasional asumsi yang sering digunakan adalah perdagangan bebas. Itulah asumsi perdagangan bebas sebagai suatu bentuk yang ideal. Walaupun dalam dunia perdagangan internasional banyak terjadi rintangan, bukan berarti asumsi perdagangan bebas tidak berguna. Setidak-tidaknya dengan menggunakan asumsi itu, dapat dilihat penyimpangan kejadian-kejadian ekonomi yang menyimpang dari keadaan ideal. Dengan terjadinya penyimpangan-penyimpangan itu, akan dapat pula dilihat akibat-akibat positif dari kejadian itu.
Beberapa teori yang menjelaskan terjadinya perdagangan internasional adalah adanya suatu keuntungan komparatif, barang itu mampu bersaing di pasaran internasional. Dengan demikian, berlangsung perdagangan. Keunggulan itu dapat dihubungkan dengan teknologi produksi, tahap pertumbuhan produksi, pola konsumsi, dan siklus produk. Teknologi padat modal telah mulai bergeser ke teknologi padat keterampilan, yang membutuhkan investasi manusia yang semakin tinggi.
Teori Heckscher Ohlin, seperti yang diteliti oleh Leontief di AS tidak tepat, malahan barang-barang yang padat modal yang memasuki negara itu dan sebaliknya barang-barang dengan teknologi padat karya yang diekspor dari negara tersebut. Pola perdagangan yang diamati dalam jangka panjang, siklus produk atau pola bangau terbang banyak mendapat perhatian sejak tahun 1960-an. Namun demikian, faktor-faktor internal (dalam negeri) mempunyai pengaruh yang berarti, di samping faktor-faktor lingkungan internasional.
Berbagai rintangan terjadi, oleh karena negara-negara yang baru memasuki industrialisasi dapat memproduksi barang-barang yang dulu diimpor, telah memasuki tahap perluasan ekspor; sedangkan negara-negara yang mengekspornya dulu, telah mengalami masa mengimpor kembali. Untuk memperpanjang siklus suatu produk, peranan penelitian dan pengembangan tentunya perlu mendapat perhatian yang lebih besar.